Jumat, 01 Juni 2012

Murah Meriah di Pantai Marunda...

BEREKREASI bersama teman atau keluarga menjadi kebutuhan yang tidak bisa diabaikan warga Jakarta. Apalagi persaingan hidup yang sangat ketat membuat tingkat stres pun sangat tinggi. Rekreasi adalah salah satu cara untuk menurunkan tingkat stres itu.

Sayangnya, tempat wisata yang murah dan sehat di Jakarta semakin langka. Pemerintah kota ini lebih senang mengembangkan kawasan rekreasi komersial. Meski demikian, Anda tak perlu khawatir. Di beberapa tempat ada kawasan yang bisa menjadi sarana refreshing meski tidak tertata secara maksimal.

Danau Sunter di Kelurahan Sunterjaya, Tanjung Priok; Danau Papanggo di Kelurahan Papanggo, Tanjung Priok; Danau Cibubur, Jakarta Timur; dan Hutan Kota Srengseng, Jakarta Barat sekadar contoh tempat rekreasi murah meriah. Tak perlu nguras kocek, Anda bisa melepas sedikit ketegangan.
  
Bagi yang hobi ke laut, bisa juga pergi ke Pantai Kamal Muara di Kelurahan Kamal  Muara, Penjaringan, Jakut, atau ke Pantai Marunda di Kelurahan Marunda, Cilincing, Jakut. Memang pantai-pantai itu terlihat kotor karena tidak terawat. Pantai Marunda atau biasa di sebut warga sebagai pantai publik itu kini menjadi tempat rekreasi bagi warga di pesisir Marunda maupun warga Tarumajaya, Bekasi.
  
Di sekitar pantai itu ada situs bersejarah, yakni Rumah Si Pitung dan masjid  tertua di Jakarta, yaitu Masjid Al Alam, masjid yang pernah menjadi tempat ibadah Si Pitung.  Adanya  cagar budaya itu menjadi nilai tambah di sekitar pantai publik tersebut.
  
Sebagian dari mereka yang datang ke pantai publik tidak sekadar menikmati indahnya pantai, tapi juga berwisata ke Rumah Si Pitung dan beritikaf di Masjid Al Alam.
  
Terletak sekitar 13 kilometer dari Pelabuhan Tanjung Priok arah timur, setiap akhir pekan maupun hari liburan pantai ini digandrungi warga. Tidak sedikit muda-mudi menghabiskan waktu di sana pada akhir pekan.
  
Ketua RT 04 RW 07 Marunda Yasin mengatakan, pantai publik ini mempunyai potensi yang  sangat bagus. ”Saya yakin bila pemerintah serius mengembangkan kawasan ini, pantai publik akan menjadi tujuan wisata yang besar,” ungkap Yasin.
  
Secara umum, lanjut Yasin, sebagai tempat rekreasi, pantai publik cukup memadai. Sekadar untuk menikmati matahari terbenam, desiran ombak, menurut Yasin, sudah ada.  Bila masyarakat akan bersantap,  juga terdapat rumah makan panggung  dengan sajian ikan atau kerang.
  
Kondisinya tidak  semewah atau selengkap di lokasi pantai  lain.  ”Mereka yang datang ke sini pun mereka yang sudah tahu betul pantai publik,” katanya. Dengan hanya membayar sewa penitipan sepeda motor atau mobil, masyarakat sudah bisa berekreasi di pantai publik tanpa harus membeli tiket di gerbang masuk. Gratis. Tis!
  
Di pantai ini memang belum ada kafe, resto dengan desain yang menarik. Belum ada arena permainan yang mendukung keberadaan pantai untuk bisa dinikmati oleh pengunjung. Hanya beberapa perahu nelayan yang menjadi sarana hiburan pengunjung. Pengunjung dapat  berkeliling menyisir pantai Marunda hanya dengan Rp 3.000 per orang.
  
Semua yang ada di pantai ini tampil apa adanya. Harga makanan yang dijajakan  pun terjangkau. Pengunjung anak-anak  hanya bisa menikmati ombak di pantai Marunda karena tidak ada sarana bermain.
  
Pantai sepanjang hampir 1 km itu memang belum menarik perhatian pemerintah untuk mengembangkannya. ”Padahal, masyarakat di sekitar sini sangat berharap pantai ini dibangun menjadi  tempat rekreasi besar,” kata Usman.
  
Usman mengatakan, mestinya pemerintah tidak melulu memikirkan pembangunan di  wilayah tengah atau selatan. ”Di utara ini sangat banyak potensi wisata alam yang dapat dimajukan,” ujarnya. Selain pantai publik, lanjut Usman, ada Pantai Kalibaru atau Cilincing.  (Agus Himawan/Sigit Nugroho)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar